Di tengah pandemi COVID-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus aktif menyuarakan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) yang masuk bagian adaptasi kebiasaan baru (New Normal) di destinasi wisata maupun di dalam penyelenggaraan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satunya, melalui program gerakan Bersih, Indah, Sehat, Aman atau yang disingkat BISA.
Program BISA ini merupakan bentuķ edukasi dan sosialisasi agar penyelenggaraan usaha pariwisata lebih fokus kepada kesehatan. Program ini diharapakan dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat dan mengantisipasi kebiasaan baru pasca COVID dengan menyiapkan desa wisata yang lebih baik dengan standar CHS.
“Untuk melakukan itu, kementerian pariwisata sudah menyusun pedoman, standar protokol baik juga panduan-panduan yang bisa digunakan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menerapkan CHSE ini. Baik di destinasi wisata, dalam penyelenggaraan aktivitas ekonomi kreatif dan juga untuk semua masyarakat termasuk desa wisata,” terang Direktur Kelembagaan, Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf RI Reza Pahlevi saat launching Program Gerakan BISA di Dermaga Tawun, Desa Sekotong Tengah, Lombok Barat, Sabtu (18/7).
“Kami juga mengapresiasi provinsi maupun kabupaten yang sudah melakukan hal seperti ini, bahkan sudah ada yang punya perda, pergub dan melakukan penerapan di lapangan, melakukan pengawasan dan bahkan sudah ada yang melakukan labeling,” ungkap Reza.
“Dan saya pikir Provinsi NTB terutama Kabupaten Lombok Barat ini, dengan komitmen ibu wagub dan pak bupati, saya yakin akan bisa mencapai itu,” lanjutnya.
Ada sekitar 100 orang yang terlibat dalam kegiatan padat karya dari program BISA di Tawun hari ini. Mereka bergotong royong melakukan pembersihan pantai dari Batu Kijuk, Tawun, dan Batu Leong.
Program BISA di Lombok Barat sendiri menyasar dua tempat, yaitu di Dermaga Tawun dan Taman Narmada. Untuk taman akam dimulai dari tanggal 21 sampai tanggal 22 Juli 2020.
“Ini program “BISA” adalah semangat dari Kemenpar. Ini upaya penataan dalam upaya menyambut kegiatan new normal. Untuk mensosialisasikan protokol kesehatan dalam kegiatan kepariwisataan. Program bisa nilainya antara 100-200 juta, untuk darmaga taun nilainya sekitar 200 juta dan model kegiatanya padat karya,” jelas Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, H. Saepul Ahkam.
Secara simultan, lanjutnya, kampaye protokol sejalan dengan penataan destinasinya.
“Kita ingin menjadikan pelabuhan tawun itu menjadi salah satu dari dua pintu utama penyebrangan menuju gili-gili, sehingga tidak adalagi pintu-pintu tikus atau illegal dan ini kita sudah mengkoordinasikan dengan dinas perhubungan,” harap Ahkam.
Turut hadir dalam Launching Program BISA kali imi di antaranya Wakil Gubernur NTB Hj Sitti Rohmi Djalillah, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, Wakil Bupati Lombok Barat Hj. Sumiatun, Kepala Dinas Pariwisata NTB H. L. Moh. Fauzal, dan lainnya.(pl03)