1400 Guru PAUD dari 750 sekolah PAUD di NTB diberi bekal pelatihan Metode PHBK

Sebanyak 1400 Guru PAUD dari 750 sekolah PAUD di NTB diberi bekal pelatihan Metode Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) untuk anak Usia Dini (PAUD).

Pelatihan Akbar PHBK dengan tema “Pendekatan Efektif dan Saintifik Untuk Membentuk Akhlak, Daya Pikir Kritis, Dan Kreatifitas Anak” tersebut berlangsung di Ballroom Islamic Center, Masjid Hubbul Wathon Mataram, (Selasa, 11/02/2020). Akan berlangsung selama tiga hari, berkat
kerjasama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, bersama Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE KK) dan Indonesia Heritage Foundation (IHF), menghadirkan Hj. Niken Saptarini Widyawati, Bunda PAUD terbaik nasional tahun 2019.

“Usia anak-anak saat PAUD adalah usia emas dimana kita bisa mengantarkan mereka menjadi generasi yang lebih baik di masa depan. Dan guru-guru PAUD yang hadir di sini merupakan pasukan garda terdepan untuk mewujudkan Generasi Emas NTB di tahun 2045 mendatang,” tutur Bunda PAUD NTB.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan NTB Dr. H. Aidy Furqon, S.Pd., M.Pd., dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa untuk mempersiapkan generasi bangsa menghadapi bonus demografi Indonesia di masa depan, maka perlu meningkatkan kualitas tenaga pendidik sejak dini. Khususnya, kompetensi guru PAUD yang merupakan guru sekolah pertama bagi anak-anak. Ia menjelaskan, para guru harus mampu menciptakan generasi yang berkarakter mulai dari aspek fisik, emosi, sosial, kreatifitas, spiritual dan intelektual.

“Ini seperti dua sisi mata uang yang sama pentingnya. Ahlak dan ilmu harus jalan bersama,” tutur Kepala Bidang Pembinaan Ketenagaan Dikbud NTB tersebut.

Sementara itu, pelopor pendidikan holistik di Indonesia, Ratna Megawangi dalam materinya menyampaikan pentingnya pendidikan holistic. Dikatakannya, pendididkan holistic tak hanya untuk membentuk akhlak, daya pikir kritis, dan kreatifitas anak, namun juga menyumbangkan andil dalam upaya mengentaskan angka stunting yang masih terjadi di NTB. Lebih lanjut dijelaskan bahwa stunting tak hanya terjadi pada anak dari keluarga menengah ke bawah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, 30% anak penderita stunting juga terjadi pada anak dari keluarga menengah ke atas. Hal tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan orangtua tentang cara mengolah makanan, serta pengaruh kebahagian anak saat di usia balita.

“Anak yang bahagia akan mempengaruhi proses metabolismenya, sehingga dapat menyerap makanan dengan baik. Karena itu, penting bagi guru PAUD untuk terus meningkagkan kapasitasnya untuk membuat anak didiknya bahagia dalam belajar,” tutur dosen di Institut Pertanian Bogor tersebut.

Sejak tahun 2016, Pelatihan PHBK telah digelar sebanyak 98 kali di seluruh Indonesia dan Provinsi NTB mendapat kehormatan menjadi daerah pertama penyelenggaraan pelatihan PHBK di tahun 2020 ini.

Leave a Reply